Alaska tahun 1974. Indah, namun liar dan tak kenal ampun. Ernt Allbright berubah drastis sepulangnya dari perang Vietnam. Dengan impulsif Ernt membawa pindah keluarganya ke Alaska untuk hidup dari alam. Kondisi mental yang tidak stabil membuatnya sering melakukan kekerasan kepada Cora, istrinya. Leni, putri mereka yang berumur 13 tahun, terjebak dalam pasang-surut hubungan orangtuanya yang penuh badai. Ketika musim dingin semakin dekat dan kegelapan menyelimuti Alaska, kondisi mental Ernt semakin memburuk. Di pondok kecil mereka yang tertutup salju, di tengah kegelapan selama delapan belas jam setiap hari, Leni dan ibunya menyadari kebenaran yang menakutkan itu: mereka sendirian. Di alam liar ini tak ada yang bisa menyelamatkan mereka, kecuali diri mereka sendiri. Prolog: Musim dingin itu, hujan turun dalam guyuran-guyuran dahsyat yang menggetarkan atap-atap dan menggilas bunga-bunga yang rapuh. Air meresap ke dalam retakan-retakan terkecil dan melemahkan fondasi-fondasi yang paling kokoh. Bongkahan-bongkahan tanah yang sudah sekian generasi berdiri tegap berjatuhan seperti tumpukan batu ke jalanan di bawah, menyeret rumah dan mobil dan kolam renang. Pohon-pohon tumbang, menghantam kabel-kabel listrik; listrik padam. Sungai-sungai meluap, membanjiri halaman-halaman, menghancurkan rumah rumah. Orang-orang yang saling menyayangi mengamuk dan pertengkaran pecah, sementara air naik dan hujan terus turun. Biasanya, dalam musim langit kelabu dan temaram itu, orang-orang Seattle mengomel tentang cuaca, tetapi tahun ini berbeda. Anak-anak perempuan menghilang. Bulan Januari, seorang mahasiswi berusia 21 tahun lenyap; polisi hanya menemukan sebuah ranjang kosong. Bulan Maret, seorang mahasiswi dari Evergreen State College meninggalkan kamar asramanya untuk menonton konser jazz dan tak pernah terlihat lagi. Baru beberapa hari yang lalu, seorang wanita muda muncul di acara pertemuan di kampusnya, Central Washington State College, kemudian menghilang.