Bocah berusia lima tahun itu terus menggigil di ranjang tidurnya. Tapi bukan karena demam. Ia melihat jarum magnet, yang gerakannya seolah-olah dipengaruhi oleh kekuatan tersembunyi. Jarum itu membangkitkan rasa ingin tahu yang memotivasinya kelak, seumur hidupnya. Ayahnya memberi tahu bahwa benda menakjubkan itu bernama kompas ...
Belasan bahkan puluhan tahun kemudian, Albert Einstein--lelaki kecil tadi--terus mengingat pertemuan pertamanya dengan kompas. Ketakjubannya akan kesetiaan jarum pada medan yang tak terlihat.
Kecerdasan Einstein memang melampaui zamannya. Masa muda Einstein penuh pemberontakan terhadap aturan. Ia bahkan menjadi panutan suci bagi anak-anak sekolah yang bermasalah di mana saja.
Tak hanya itu, di puncak karirnya, penolakan keras Einstein terhadap penggunaan senjata membuatnya begitu dicintai sekaligus dibenci. Ia bahkan menjuluki negara-negara pengibar perang sebagai "orang kaya yang berusaha mengusir kebosanan".
Dalam biografi ini, Walter Isaacson tak hanya berhasil membedah pemikiran Einstein, tetapi juga menampilkan sisi "manusia" dari ikon jenius ini sebagai bagian dari masyarakat semesta.