“Cinta bisa tumbuh perlahan dari kebersamaan. Asal komitmen dan kepercayaan semua bisa berjalan dengan baik” [halaman 182]
Di usia 24 tahun Vivi hanya 2x berpacaran selama hidupnya, saat SMP dan SMA. Masa kuliah ia tidak sempat menikmati masa-masa jatuh cinta. Hidupnya dipenuhi kekangan oleh senior tingkatnya Jiero. Senior yang angkuh, tidak berperasaan, dingin, tetapi ganteng dan menjadi rebutan di sana-sini. Vivi sama sekali tidak tertarik, harinya dihabiskan dengan sahabatnya Beni.
Selepas lulus kuliah Vivi bekerja jadi penyiar radio, lalu memutuskan mendaftar menjadi editor sebuah penerbitan terkenal. Pengalaman Vivi yang nol tidak membuatnya minder ia terus melaju gambling dengan kesempatan. Tak dinyana fortuna itu jatuh dipelukan Vivi, ia diterima, dan impian terwujud. Mimpi yang indah itu tergagalkan oleh kehadiran Jiero, yap senior yang angkuh, cuek, orang yang paling dibenci oleh Vivi menjadi atasannya ditempat itu. Haruskah Vivi resign? Apakah ia sanggup menerima penindasan lagi seperti di kampus dahulu. Otak Vivi berputar-putar flash back ke masa silam.
Kegaharan Jiero perlahan lenyap tergantikan kelembutan yang luar biasa, apakah in I bagian dari rencana Jiero yang baru? Desak Vivi terus menerus dalam hatinya. Tokoh-tokoh dengan karakter lain juga bermunculan, Nadia yang judes selalu menghina Vivi. Maya yang supel, Dani yang baik hati, dan Pak Iben
... Baca Selengkapnya