Selamat Datang Dunia Nyata!
Sebagai seorang perantau di ibukota, Kastana mengawali kariernya sebagai reporter―sebuah kasta terendah―di sebuah majalah musik. Jakarta Kota Metropolitan, memang begitulah adanya. Kastana harus berjuang untuk dapat hidup ‘layak’ di kota yang kehidupannya serba-cepat dan serba-penuh-kejutan ini.
Seluk-beluk pekerjaan di dunia jurnalistik, khususnya jurnalistik dunia hiburan, digambarkan dengan ringan dan segar oleh Soleh Solihun. Kehidupan di luar pekerjaan tak luput diceritakan, mulai dari kelakuan copet di atas Metro Mini hingga kisah kasih dengan sang pujaan hati.
Pertama kali bertemu Soleh saat dia mewawancara Gigi memakai bahasa baku yang sontak membuat kami tertawa keras. Gara-gara pertemuan itulah akhirnya Soleh menjadi sosok yang berkesan buat saya. Kariernya terus melesak maju menjadi seorang ‘komik’, penyiar radio, dan sekarang penulis! Hebat, Leh! Maju terus pantang mundur! [Armand Maulana]
Membaca buku ini seperti membaca sirkus rock& roll dari seorang anak manusia sederhana. Petualangan jujur tanpa rekayasa. Ada tawa, canda, dan asmara bergumul menjadi keringat kehidupan. Buku ini membuat saya teringat akan novel Blues Merbabu dari Gitanyali atau Bre Redana. Tapi, apakah Soleh Solihun menulis kisah nyata atau fiksi belaka? Sebaik-baik teman sepanjang waktu adalah buku? Anggap saja buku ini sepenggal kisah lama dari teman untuk Anda… [Adib hidayat, Rolling Stone Indonesia]
Membaca buku ini mengembalikan ingatan masa lampau yang kalau diingat, lucu. Memoar yang dikemas seakan fiksi ini menarik dengan gaya penulisan Soleh yang mengalir & mampu mengingat banyak hal yang saya bahkan lupa semasa kami bersama. [Arian13, vokalis Seringai]