Itut menjalani hari-hari di Kampung Bala, pinggiran kota Palembang. Ia tinggal berimpitan dalam rumah reyot tapi hangat bersama lima orang saudara, dan kedua orangtua.
Dengan sifat iseng, jail, dan penuh akal, Itut yang berkulit hitam dan kumal mencoba menikmati masa kecil bersama Manna, sobatnya yang cantik dan manis. Bermain cak engkleng, menyewa sepeda, mencuri buah dari pohon tetangga, hingga berjualan es bungkus adalah kegiatan yang mengisi hari-hari mereka dengan segala keterbatasan. Tak peduli pada gerombolan Vivi yang menyombongkan kekayaan, mereka berdua malah memilih berteman dengan Meimei, gadis Tionghoa yang dianggap aneh tapi juara di kelas.
Saat Itut kehilangan ayah, Manna yang kerap dimarahi sang ibu tiri, dan Meimei yang terisolasi karena etnisnya, mereka bertiga saling menghibur dan memberikan semangat. Hingga datang satu mobil mewah ke kampung yang penuh dengan warga miskin tersebut dan mengubah kehidupan tiga gadis cilik itu.