"Aku memang berhasil lulus kuliah. Bukan hanya membawa ilmu, tapi juga utang kuliah. Utang atas nama diriku, bukan orang tuaku. Utang atas nama semua ilmu yang kuserap dari bangku kuliah dan kepingan pengalamannya. Utang atas pembentukan karakter diri. Semua itu adalah tanggung jawab pribadi atas sebuah impian. Semua itu juga adalah harga yang harus aku tukar dengan sebuah pengalaman duduk di bangku kuliah dan sejuta pengalaman berharga lainnya. Aku tidak merasa jumlah dan kewajiban itu sebagai beban karena aku tahu harga itu memang pantas untuk aku jadikan "investasi" hidupku."
Temui Matari Anas, mahasiswi yang terlalu tua dengan teman-teman seangkatannya, namun punya tekad menakjubkan menjadi sarjana dan berguna bagi diri sendiri, keluarga, dan orang-orang sekitarnya. Meski keluarganya gagal membiayai kuliah karena terlalu miskin dan secara emosional sedang labil, dia berusaha mandiri, bertahan dengan energi positif yang luar biasa. Keadaan memaksa dia utang ke sana-kemari pada banyak orang, teman-teman, sampai ibu pemilik warung makan di dekat tempat kosnya. Dia belajar pada kehidupan, pada orang-orang yang bisa dijadikan teladan, pertemanan, kesetiaan, dan kasih sayang orang-orang yang mencintainya. Meski pada akhirnya kuliah hingga lulus itu penting, lebih penting lagi ialah integritas, yang ditempa oleh kehidupan dan kedewasaan dalam memandang masalah.
NOVEL ini pantas direkomendasikan pada semua mahasiswa baru
Saya sudah tertidur di halaman kelima. Ceritanya terlalu absurd dan berbelit-belit. Sorry... 9 Matahari sepertinya tidak tepat disandingkan sebagai judul, mengingat kesimpulan cerita yang.... entahlah, mengecewakan :(
Saya setuju kalo ada yang bilang bahwa kuliah itu gag murah. Begitulah kenyataannya. Tapi saya juga setuju dengan seorang Matari Anas yang menganggap bahwa kuliah adalah investasi. Jadi, semahal apapun, karena itu investasi, Insya ALLAH kita akan mendapatkan keuntungan lebih dari biaya mahal yang sudah kita keluarkan itu. Semangat dari seorang Matari Anas sangat menginspirasi, terutama bagi kehidupan sekarang yang semakin hari semakin terkesan bahwa kuliah hanya untuk orang-orang berduit sajja. Yang gag punya duit, ya gag bisa kuliah. Akhirnya terpaksa menanggalkan semua mimpi2nya. Hal ini tidak berlaku bagi Matari Anas. Berbagai cara dilakukannya untuk bisa kuliah, untuk bisa mengubah kondisi keluarganya, untuk bisa meraih mimpinya. Begitulah seorang yang hidup seharusnya, terus berjuang, karena hidup memanglah perjuangan.
olehDenissa Sari Darmawi PurbapadaJumat, 25 Juni 2010
Bercerita tentang seorang gadis 20 tahun bernama Matari Anas, panggilan akrab Tari.Ia sangat ingin kuliah tapi sayang ia lahir dari latar keluarga yang kurang mampu dan berantakan. Karena itu ia ingin menunjukan bahwa dengan kuliah dan menjadi sarjana akan memperbaiki kehidupannya. Tapi jelas jalan yang ia tempuh tidaklah mulus, ditambah dengan kenekatan gilanya. Novel ini sangat menginspirasikan kita.
------------------------------------------------------------------------
"...Impianku... oh aku sudah memberikannya nyawa. Aku menghidupkannya dalam hari-hariku. Ketika membuka mataku saat mengawali hari, aku menyapanya. Seperti aku menyapa matahari. Ketika beraktivitas, aku biarkan dia menyelusup ke dalam hatiku, mengingtip persaanku, dan membiarkannya ia berteriak bahwa ia menungguku...."
------------------------------------------------------------------------
Novel ini sungguh layak dibaca. Ayo kita resapi perjuangannya, kenekatannya, inspirasinya, dan semangat hidupnya.