Tahlil adalah kumpulan bacaan yang terdiri dari ayat-ayat al-Qur'an dan doa-doa Rasulullah saw. Dinamakan Tahlil karena inti pesan dan kalimat yang paling sering dibaca dalam kumpulan bacaan tersebut adalah La ilaha illa Allah. Sebagian umat Islam biasanya membacakan kumpulan doa yang terangkum dalam Tahlil ini untuk mengantar kepergian orang yang meninggal.
Buku ini menguraikan makna yang terkandung dalam bacaan-bacaan Tahlil, yang meliputi: QS. Al-Fatihah [1], al-Ikhlash [112], al-Falaq [113], an-Nas [114], al-Baqarah [2]: 1-5, 163, 255 (Ayat Kursi), 284-286, Hud [11]: 73, al-Ahzab [33]: 33, 55, Ali Imran [3]: 173, al-Anfal [8]: 40, dan Yasin [36]. Terhimpun juga dalam bacaan Tahlil, antara lain Hauqalah, Istighfar, Tahlil, Tasbih, Tahmid, Shalawat, dan Doa. Buku ini menjadi rujukan yang tepat bagi Anda yang ingin tahu lebih jauh tentang tujuan, kandungan, dan kedudukan Tahlil dalam ajaran Islam.
Nama lengkapnya adalah Muhammad Quraish Shihab. Ia lahir tanggal 16 Februari 1944 di Rapang, Sulawesi Selatan.[1] Ia berasal dari keluarga keturunan Arab yang terpelajar. Ayahnya, Prof. Abdurrahman Shihab adalah seorang ulama dan guru besar dalam bidang tafsir. Abdurrahman Shihab dipandang sebagai salah seorang ulama, pengusaha, dan politikus yang memiliki reputasi baik di kalangan masyarakat Sulawesi Selatan. Kontribusinya dalam bidang pendidikan terbukti dari usahanya membina dua perguruan tinggi di Ujungpandang, yaitu Universitas Muslim Indonesia (UMI), sebuah perguruan tinggi swasta terbesar di kawasan Indonesia bagian timur, dan IAIN Alauddin Ujungpandang. Ia juga tercatat sebagai rektor pada kedua perguruan tinggi tersebut: UMI 1959 - 1965 dan IAIN 1972 - 1977.