Annabel Greene, anak kelas 3 SMP yang kelihatannya memiliki segalanya: Teman-teman yang keren, hubungan keluarga yang dekat, prestasi yang bagus, dan karir pekerjaan modeling paruh waktu di kota. Tapi semuanya runtuh seketika, dan Annabel menghabiskan waktu dengan mengasingkan diri selama libur musim panas yang kacau. Dia merasa ketakutan menghadapi awal sekolah yang baru. Yah, dan semua orang. Hal terakhir yang dia inginkan adalah memiliki kembali persahabatan ketika kekalahan merupakan hal yang menyakitkan, ketika ada rahasia di balik perpecahan yang hampir tak tertahankan. Keluarganya yang kokoh pun terlihat rapuh. Apa yang terjadi sehingga menyebabkan kesunyian yang kaku dan teraba kebencian antara kedua kakak perempuannya? Rahasia perjuangan Annabel akhirnya terkuak secara cepat, ketika pembaca melihatnya masuk ke jangka waktu yang luar biasa untuk menghindari konfrontasi. Tertangkap diantara ingin melindungi keluarganya dan tekadnya sendiri untuk mencari pengalaman yang sangat efektif. Annabel merasakan kenyamanan ketika berteman dengan seorang yang paling pendiam diri disekolah. Owen memiliki masalah sendiri dengan amarahnya, tapi telah belajar untuk mengontrolnya dan itu membuatnya sadar akan bahaya menahan emosinya. Dessen menjelajahi interior dan eksterior mengenai karakter hidupnya dan menunjukkan sisi kecacatan, kemanusiaan, perjuangan dan kesuksesan tambahan. Fiksi remaja ini berusaha lebih baik untuk menjelajahi pikiran yang kompleks, kehidupan remaja yang nyata, membawanya kedunia nyata, dan membuat pembaca ingin tahu lebih banyak tentang mereka dari setiap halaman. Roxanne Myers Spencer, Western Kentucky University, Bowling Green