Kisah nyata berisi surat-surat yang ditulis oleh Daniel Gottlieb untuk cucunya karena ia ingin mengajarkan tentang cinta, kehidupan, hubungan dengan orang tua, makna kebahagian sampai kehilangan kepada cucunya yang telah didiagnosa autis. Daniel takut tidak bisa ada bersama cucunya saat dia beranjak dewasa karena Daniel sendiri juga sudah puluhan tahun cacat quadriplegia.
"Aku tak sanggup memikirkan hal ini, tetapi aku tahu, satu hari nanti, kau akan mendengar seseorang berkata, ‘Dia autis.’ Kalau hal itu terjadi, aku khawatir, kau akan menyadari bahwa ketika orang melihatmu, mereka tak melihat seorang Sam. Mereka melihat sebuah diagnosis. Sebuah masalah. Sebuah pengelompokan. Bukan seorang manusia.
Dalam kekhawatiran dan ketidakpastian itulah, Daniel Gottlieb memutuskan untuk menulis surat-surat kepada Sam, cucunya. Bagi sang Kakek, Sam adalah sahabat sejiwanya karena dia sendiri mengalami kelumpuhan akibat kecelakaan.
Sang Kakek ingin membagi pandangan tentang menjadi berbeda, bagaimana menghadapi ketakutan, merajut harapan, dan mengambil hikmah dalam setiap rencana Tuhan. Inilah kisah yang dibagi Daniel Gottlieb untuk Sam dan untuk kita semuaâ€"tentang menjadi manusia.
"…Berterimakasihlah kepada siapa pun yang datang… karena setiap tamu dikirimkan dari atas sana sebagai pemandumu."â€"Jalaluddin Rumi
"Saya lupa kalau saya sedang membaca, rasanya sedang berada di dalam ruang kelas kehidupan, mendengarkan pelajaran yang akan saya hargai selamanya." - Rachel Simon, Penulis 'Riding the Bus with My Sister'
Daniel Gottlieb, psikololog dan terapis keluarga yang menjadi pembawa acara di Voices in the Family di radio WHYY, afiliasi dari Philadelphia's National Public Radio. Seorang kolumnis untuk Philadelphia Inquirer, penulis tiga buku, Learning from the Heart, Voices in the Family, dan kompilasi tulisan kolom Voices of Conflict; Voices of Healing. Dia adalah ayah dari dua putri, dan Sam adalah cucu satu-satunya. Royalti penulis akan disumbangkan untuk kepentingan organisasi kesehatan anak-anak dan amal.
"Masalah mu tidak pernah akan berakhir. Tak seorang pun di antara kita bisa berharap frustasi yang kau rasakan hilang begitu saja. Kau juga tidak bisa menghindari penderitaan mu. Namun, kalau kau melangkahkan kaki ke dunia luar, ku rasa kau akna menemukan bahwa sesungguhnya wadah itu jauh lebih besar daripada yang ada dalam bayangan mu."
Kalimat-kalimat di dalam buku ini semuanya berarti. Gottlieb mengemukakan seluruh curahan kasih sayangnya melalui tulisan yang berupa nasihat dan harapan bukan hanya kepada Sam tapi seluruh pembacanya. Saya sangat terharu karena buku ini sangat menyentuh dan mengajarkan saya tentang hidup yang sebenarnya :)