Penulis
Tempo

Format
Soft Cover (93)

Bahasa
Indonesia (91)

Hasil: 61 - 80 dari 104
GRIDLIST
61.
Soft Cover, Februari 2016
Stock tidak tersedia
Kiai Wahid, demikian dia biasa disapa, merupakan tokoh pembaru pesantren sekaligus pendidikan Islam negeri ini. Sepulangnya menyantri di sejumlah pesantren di Jawa Timur dan menuntut ilmu di Negeri Arab, ayah mantan Presiden Abdurrahman Wahid ini mengubah sistem pendidikan Pesantren Tebuireng dengan memasukkan pendidikan umum. Kepiawaiannya dalam berorganisasi dan berpolitik membuat Wahid Hasyim dipilih sebagai anggota Badan Penyelidik Usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia dan Panitia Persiapan ...
62.
Seri Tempo: Natsir oleh Tempo
Soft Cover, Februari 2016
Stock tidak tersedia
63.
Soft Cover, Februari 2016
Stock tidak tersedia
Berasal dari keluarga abangan, Sekarmadji Maridjan Karto­soewirjo menjadi pemimpin pemberontakan Darul Islam. Ber­­bekal pengetahuan agama Islam yang digalinya secara oto­didak, Kartosoewirjo memberontak demi cita-cita negara Islam. Toh, pemberontakannya telah ikut mewarnai sejarah pem­ben­tukan Republik yang masih berusia muda. Hampir lima puluh tahun setelah kematiannya, pemikiran dan cita-cita mendirikan negara Islam masih bergelora di kalangan sebagian umat Islam ...
64.
Soft Cover, Februari 2016
Stock tidak tersedia
65.
Soft Cover, Februari 2016
Stock tidak tersedia
Sesungguhnya dia punya pilihan gampang dan me nyenangkan. Dengan gelar Meester in de Rechten da ri Uni versitas Leiden, ia tak kurang suatu apa un tuk menjadi ka ya raya dan sejahtera. Namun, Yap Thiam Hien memilih jalan lain. Mi sal nya: Ketika kantor pengacara lain mengenakan ta rif Rp40 juta per klien, biaya yang dikutip Yap ha nya Rp5-10 juta. Tak jarang ia menggratiskan jasa ke pe nga caraannya. Pembelaannya memburu ke benaran, bukan sekadar keme nangan. Apalagi hanya merapat kepada siapa ...
66.
Soft Cover, November 2015
Stock tidak tersedia
HAMENGKU BUWONO IX merupakan figur fenomenal. Selama ini ia lebih dikenal sebagai tokoh kultural. Perannya di bidang politik dan ekonomi kerap tenggelam. Padahal, sepak terjangnya sebagai penyokong kaum republiken tak pernah henti. Hanya dalam tiga hari, Sultan menyatakan Yogyakarta bergabung ke dalam Republik Indonesia. Ketika Belanda mengklaim bahwa Republik Indonesia telah mati, Raja Keraton Ngayogyakarta Hadiningrat itu berhasil mematahkan tuntutan tersebut. "Langkahi mayat saya ...
67.
Soft Cover, November 2015
Stock tidak tersedia
Ialah seseorang yang begitu besar jasanya dalam membangun fondasi bangsa Indonesia, namun lebih sering berada dibelakang layar. Dalam buku ini semua diungkap, mulanya ia hanyalah seorang saudagar batik yang kemudian dilantik oleh samnhoedi menjadi anggota Sarekat Islam sampai akhirnya ia memiliki karir yang gemilang dan diangkat sebagai ketua. Ditangan Tjokro, Sarekat Islam yang semula merupakan organisasi saudagar batik pribumi, menjadi gerakan politik yang besar dan kuat. Ia menginspirasi ...
68.
Soft Cover, November 2015
Stock tidak tersedia
Ketahuilah bahwa semangat menggapai kemerdekaan tidak hanya dimiliki oleh pribumi, beberapa nama Belanda, Douwes Dekker salah satunya, juga turut membantu melepaskan Indonesia dari masa penjajahan. Douwes Dekker yang dikenal dengan nama Multatuli, adalah seorang berdarah campuran Belanda, Perancis, Jerman dan Jawa. Pemerintah kolonial Belanda mencapnya sebagai salah satu ancaman. Meskipun sampai dibuang ke Belanda, bahkan ke Suriname, namun rasa cinta tanah air Douwes Dekker tidak pernah ...
69.
Soft Cover, November 2015
Stock tidak tersedia
Ketika masih muda, saat pikiran kritisnya masih berdistraksi, ia bertanya kepada seorang ulama “apakah Adam dan Hawa memiliki pusar?” Ulama itu menjawab “ada, karena mereka juga manusia.” “Kalau punya pusar, sebagaimana halnya kita, itu tandanya mereka dila- hirkan oleh seorang ibu." Kemudian ulama itu tidak dapat menimpalinya kembali. Agus Salim merupakan seorang diplomat, ia seorang yang sangat cerdik dan pendebat ulung. Seorang alim yang kritis dan ulama yang moderat. Ialah ...
70.
Soft Cover, Agustus 2015
Stock tidak tersedia
LELAKI cadel itu tak pernah bisa melafalkan huruf “r” dengansempurna. Ia “cacat” wicara tapi dianggap berbahaya. Rambutnya lusuh. Pakaiannya kumal. Celananya seperti tak mengenal sabun dan setrika. Ia bukan burung merak yang mempesona. Namun, bila penyair ini membaca puisi di tengah buruh dan mahasiswa, aparat memberinya cap sebagai agitator, penghasut. Selebaran, poster, stensilan, dan buletin propaganda yang ia bikin tersebar luas di kalangan buruh dan petani. ...
71.
Seri Tempo: Njoto oleh Tempo
Soft Cover, Agustus 2015
Stock tidak tersedia
IA berada dari orang komunis pada umumnya. Ia necis serta piawai bermain biola dan saksfon. Ia menikmati musik simfoni, menonton teater, dan menulis puisi yang tak melulu “pro-rakya”. Ia menghapus The Old Man and teh Sea-film yang diangkat dari novel Ernest Hemingway-dari daftar film Barat yang diharamkan Partai Komunis Indonesia. Ia mengjayati Marxisme dan Leninisme, tapi tak menganggap yang “kapitalis” harus selalu dimusuhi. Kisah tentang Njoto adalah satu cerita tentang ...
72.
Seri Tempo: Musso oleh Tempo
Soft Cover, Agustus 2015
Stock tidak tersedia
BANYAK orang mengenalnya sebagai tokoh Partai Komunis Indonesia (PKI) dalam pemberontakan 1926 dan 1948. Yang pertama aksi PKI menentang pemerintah kolonial Belanda. Yang terakhir gerakan PKI di Madiun, Jawa Timur, melawan peme rintah pusat. Dialah Musso, anak Kediri yang ketika kecil dikenal rajin mengaji. Mendapat pendidikan politik ketika indekos di rumah H.O.S. Tjokroaminoto, sepak terjangnya di masa-masa awal kemerdekaan tidak bisa diremehkan. Peran politik Musso bisa disejajarkan ...
73.
Seri Tempo: Aidit oleh Tempo
Soft Cover, Agustus 2015
Stock tidak tersedia
BERTAHUN-TAHUN orang mengenalnya sebagai ”si jahat”. Lelaki gugup berwajah dingin dengan bibir yang selalu berlumur asap rokok. Dialah Dipa Nusantara Aidit yang dikenal mela lui film Pengkhianatan G-30-S/PKI. Di layar perak kita ngeri membayangkan sosoknya: lelaki penuh muslihat, dengan bibir bergetar memerintahkan pembunuhan massal 1965. Siapakah Aidit? Memimpin PKI pada usia 31, ia hanya perlu setahun untuk melambungkan partai itu dalam kategori empat partai besar di Indonesia ...
74.
Soft Cover, Juli 2015
Stock tidak tersedia
Ia orang pertama yang menulis konsep Republik Indonesia. Muhammad Yamin menjulukinya ”Bapak Republik Indonesia”. Sukarno menyebutnya ”seorang yang mahir dalam revolusi”. Tapi hidupnya berakhir tragis di ujung senapan tentara republik yang didirikannya. Tan melukis revolusi Indonesia dengan bergelora. Sukarno pernah menulis testamen politik yang berisi wasiat penyerahan kekuasaan kepada empat nama--salah satunya Tan Malaka--apabila Bung Karno dan Bung Hatta mati atau ...
75.
Seri Tempo: Sjahrir oleh Tempo
Soft Cover, Juli 2015
Stock tidak tersedia
Mendesak Sukarno-Hatta untuk memproklamasi- kan kemerdekaan, Sutan Sjahrir justru absen dari peristiwa besar itu. Dia memilih jalan elegan untuk meng halau penjajah: jalur diplomasi—cara yang di tentang tokoh lain yang lebih radikal. Ideologi- nya, antifasis dan antimiliter, dikritik hanya untuk kaum terdidik. Ia dituduh elitis. Sejatinya, Sjahrir juga turun ke gubuk-gubuk, ber- keliling Tanah Air menghimpun kader Partai Sosialis Indonesia. Sejarah telah menyingkirkan peran ...
76.
Seri Tempo: Hatta oleh Tempo
Soft Cover, Juli 2015
Stock tidak tersedia
JIKA masih hidup, dan diminta melukiskan situasi sekarang, Mohammad Hatta hanya perlu mencetak ulang tulisannya yang terbit pada 1962: “Pembangunan tak berjalan sebagaimana semesti nya.... Perkembangan demokrasi pun telantar karena percekcokan politik senantiasa. Pelaksanaan otonomi daerah terlalu lamban sehingga memicu pergolakan daerah”. Demokrasi dapat berjalan baik, menurut Hatta, jika ada rasa tanggung jawab dan toleransi di ...
77.
Seri Tempo: Sukarno oleh Tempo
Soft Cover, Juli 2015
Stock tidak tersedia
Empat puluh tahun sejak Sukarno meninggal, nama serta wajahnya tidak pernah benar-benar lumat ter- kubur. Kampanye puluhan tahun Orde Baru untuk membenamkannya justru hanya mem perkuat ke- nangan orang akan kebesaran nya. Sukarno tak pernah berhenti menjadi ikon revolusi nasional Indonesia yang paling me nonjol—mung kin seperti Che Guevara bagi Kuba. Di banyak rumah, foto-fotonya, kendati dalam kertas yang sudah me- nguning di balik kaca pigura yang buram, tidak per- nah ...
78.
Soft Cover, Juli 2015
Stock tidak tersedia
Keberagaman masakan Indonesia tak muncul begitu saja. Orang Manado menyukai cabai seperti mereka menyukai garam tentu bukan karena Tuhan menciptakan lidah mereka berbeda dengan lidah orang Yogyakarta. Ada cerita di balik itu semua. Ada kisah kenapa orang Maluku tidak terlalu banyak memakai rempah, padahal negeri mereka merupakan tempat tumbuh berbagai jenis tanaman beraroma itu. Berkeliling ke tujuh penjuru negeri--Maluku Utara, Aceh, Sumatra Barat, Jawa Tengah, Sumatra Utara, Sulawesi ...
79.
Soft Cover, Maret 2015
Stock tidak tersedia
80.
Soft Cover, Maret 2015
Stock tidak tersedia
Selayaknya tokoh hebat lain, Benny Moerdani juga seorang pejuang sejati, pembela ibu pertiwi. Seperti tak adalah palang yang terlalu menakutkan untuknya, Leonardus Benjamin Moerdani berada di barisan paling depan dalam pemberontakan PRRI/Permessta (1958), dan pula menjadi ikon pembebasan Irian Barat (1962). Di bawah kepemimpinan Soeharto, ia menjadi tokoh yang kontroversial. Selain namanya terkenal sebagai jenderal yang garang, ia juga pandai berdiplomasi. Namun, masa akhir hidupnya ...