Soft Cover, Maret 2010 | |||||
Stock tidak tersedia
|
Ketidakselarasan antara sosok Kritikus Sastra semestinya dengan Kritikus Sastra “apa adanya”, pada gilirannya menciptakan risiko “pisau bermata dua”. Kemalasan menyelami teks sampai pada ceruk terdalamnya, seperti dicemaskan Mudji Sutrisno (Kompas, 24/04/05), dapat menggelincirkan pengamat sastra pada penyembelihan teks dengan pisau arogansi dan kesemena-menaan subjektif di satu sisi, atau pada permisivisme yang membolehkan apa saja yang gila, abnormal, aneh sebagai estetika di sisi lain. ...