Sejak mantan pacarnya tahu-tahu saja kembali dan membawa seorang anak perempuan bernama Keshia yang katanya adalah anaknya, Sadewa tahu bila hidupnya akan kacau. Lalu benar saja, Sadewa tidak pernah akur dengan Keshia. Jikaa di rumah, keduanya selalu saja bertengkar. Entah itu meributkan tagihan listrik, cicilan yang ditunggak berbulan-bulan, hutang beras di warung, dapur berantakan, atau bahkan cuma karena remote tv yang hilang. Masalah sekecil apa pun sepertinya selalu dijadikan momok untuk keduanya adu mulut dan membuat rumah menjadi zona perang seketika. Keduanya tidak pernah memedulikan satu sama lain. Sadewa tidak pernah peduli dengan kehidupan Keshia, baik di rumah atau pun di sekolahnya. Sadewa tidak peduli dengan kelakuan putri tomboinya itu yang selalu saja berpura-pura kuat dan menganggap bisa mengatasi segalanya sendirian. Sementara Keshia, sama halnya dengan Sadewa, dia tidak pernah peduli dengan kelakuan ayahnya yang masih saja bersikap layaknya ABG itu.
Bagi Sadewa, Keshia itu pengganggu ulung atau mahkluk paling cerewet sedunia. Sedangkan bagi Keshia, Sadewa itu hanya seorang laki-laki 36 tahun yang hanya tahu bersenang-senang saja. Yang hanya tahu ngeband, mabuk-mabukan, atau main perempuan. Sampai suatu ketika sebuah kecelakaan mengubah segalanya. Sebuah kecelakaan yang membuat Sadewa mati-matian ingin memenuhi seluruh keinginan Keshia, dan membuat Keshia ingin tetap bersama ayahnya sekalipun dia sangat membenci laki-laki itu. Sebuah kecelakaan yang memberikan keduanya pemahaman bila mungkin hanya kehilangan yang membuat mereka bisa berjalan beriringan tanpa lagi ada kebencian Kisah ini tentang waktu. Tentang kesempatan. Tentang kehilangan.