Di Indonesia dan di berbagai Negara di dunia, garam tidak lagi sekedar Kristal putih di dapur atau di meja makan. Di tungku-tungku peleburan pabrik, garam juga digunakan untuk proses produksi. Sayangnya, di Indonesia perluasan penggunaan garam belum diikuti oleh perubahan proses produksi.
Kini, ratusan tahun berselang sejak prasasti Biluluk-catatan tertua soal produksi garam—dipahat pada abad XIV, cara pembuatan garam di pesisir utara Jawa nyaris tidak berubah. Bahkan nyaris tak tersenuh teknologi modern. Petani garam masik mengandalkan panas matahari untuk menguapkan air laut, lalu mengumpulakan Kristal garam hasil penguapan.
Dengan begitu, mungkinkah kita berswasembada garam dengan industry sendiri? Apa saja tantangan yang dihadapi untuk mencapai swasembada garam? Hikayat si Induk Bumbu member jawaban atas dua pertanyaan penting tersebut.