Hidup Rain yang serbamewah—punya subscriber puluhan ribu di akun YouTube-nya, jutaan viewers untuk acara bertajuk, “Hamba Sahaya Rain”—harus berakhir pada sebuah malam tragis. Suri, salah satu peserta challenge, ditemukan dalam keadaan nyaris meninggal. Setelah kejadian itu, Rain dikeluarkan dari sekolah. Tidak hanya itu, orangtua Suri menuntut Rain pindah ke sebuah pesantren tradisional di Cirebon untuk mendapatkan pendidikan moral. Dalam satu malam, hidup Rain berubah total. Dia melewati berbagai kegiatan yang tak pernah dilakukannya untuk pertama kali. Tinggal di sebuah kamar berisi empat teman dengan latar belakang menyedihkan, tidur tanpa alas yang layak, menjalani hari tanpa ponsel, mencuci pakaian sendiri berikut menimba air dari sumur, lalu makan dengan menu seadanya. Akankah Rain bertahan, kemudian berubah menjadi pribadi yang lebih baik setelah mondok di sana? Selling Point: Ilustrasi dan panel komik di dalamnya berhasil menambah gambaran keseruan perjalanan seorang Youtuber angkuh selama di pesantren tradisional. Hani Widiani membuat serial Nomik Hijab for Sisters 3 ini jadi lebih hidup. Profil Penulis: Anastasha Hardi merupakan nama pena dari Nimas Aksan. Seorang ibu dengan satu putra dan dua putri, lahir dan tinggal di Cirebon, Jawa Barat. Mulai menulis sejak duduk di bangku SMP, lalu tulisannya banyak dimuat di majalah remaja dan dewasa nasional, juga diterbitkan dalam bentuk novel. Novel-novelnya diakuinya banyak terinspirasi dari tulisan-tulisan Andrea Hirata, Agatha Christie, Asma Nadia, dan buku-buku Chicken Soup for the Soul yang sangat digemarinya. Hijab for Sisters merupakan seri pertama dari trilogi Hijab: Hijab for Sisters, Hijab for Sisters 2: Kerudung untuk Rasi, Hijab for Sisters 3: Stop Ngomongin Rain!!!