Suatu hari di Amherst, sebuah kota kecil di Negara Bagian Massachusetts, Amerika Serikat; seorang pria berusia awal empat puluhan tahun menjalankan shalat dengan arah kiblat yang salah. Sebagai orang Indonesia, ia secara refleks menghadapkan wajahnya ke barat saat shalat. Namun, ia segera menyadari kesalahannya. Dari Amerika Serikat, Kabah berada di sebelah timur, bukan barat. Usai shalat ia terdiam. Arah kiblat yang salah telah membawanya pada banyak perenungan. Tiba-tiba ia merindukan Kabah. Hatinya masygul. Eropa dan Amerika telah ia singgahi, sementara Kabah, kiblatnya yang paling asasi, belum ia kunjungi. Bukankah Amerika dan Eropa lebih jauh dari Saudi Arabia, negara di mana Kabah berada. Kerinduan pada Kabah menggelora, justru saat ia jauh berada di Amerika. Tak hanya kiblat ibadah, renungannya berlanjut tentang kiblat ilmu, tentang orientalisme, tentang Barat dan Amerika yang sering disikapi dengan dilema. Itulah serpihan kisah inspiratif dalam buku ini. Berisikan catatan penulis saat menjalankan tugas di Amerika Serikat, buku ini memuat kisah-kisah menarik nan-unik. Dikemas dengan gaya berkisah yang memukau, pembaca dibawa hanyut dalam samudera petualangan yang tak surut.Seolah-olah nyata dan pembaca seakan mengalaminya sebagai fakta. Sesekali penulis mengajak pembaca berpikir. Sesekali bercerita tentang pergulatan batin yang pelik. Namun, di kala lain dengan tanpa beban ia menertawakan kenaifannya sembari menawarkan pengetahuan baru tentang Amerika yang belum tentu semua orang mengetahuinya. Sudut-sudut New York, Boston, Washington DC, Hartford, dan kota-kota lain di AS seperti hidup dan nyata di depan mata. Buku ini kadang tampil sebagai catatan perjalanan, sesekali muncul sebagai goresan sejarah, dan kala lain tampil dalam refleksi filosofis dan ilmiah. Kekuatan itulah yang menjadikan buku ini berbeda dengan catatan-catatan perjalanan lainnya. Jika Anda pecinta petualangan dan pengetahuan serta menyukai tantangan perjalanan, buku ini terlalu sayang untuk dilewatkan.