Tiada yang menyangka, utang budi bisa berakibat petaka. Terlebih, jika itu menyangkut nyawa. Terlebih, jika berutang nyawa pada manusia macam Darmadi. Bagi Dharmawan, utang nyawa pada sahabatnya yang gemar menggarap istri orang itu membuat hidupnya jungkir-balik. Darmadi tak hanya merusak rumah tangga pertamanya, namun berniat merebut istri kedua yang kecantikannya membuat bidadari iri. Semarah apa pun, Dharmawan tak bisa protes. Ini soal utang nyawa.
Sebenarnya keinginan Dharmawan sederhana saja, menjaga harga dirinya, sekaligus melindungi martabat istrinya. Namun karena manusia bermuka tebal macam Darmadi, keinginan itu tak bisa dengan mudah terwujud. Manusia macam Darmadilah yang membuatnya rela berkorban hingga ke wilayah harga diri. Membuatnya merasa bahwa mati diterjang sapi liar adalah lebih baik, daripada melunasi utang dengan menjatuhkan kehormatan.
Seharusnya Dharmawan menolak karena selalu dijadikan tameng atas kelakukan binal Darmadi. Seharusnya ia sadar, ketidakpedulian adalah sebagian dari kejahatan itu sendiri.