Dalam kekalutan perebutan kekuasaan menjelang G30S—1965, Monik dengan teman-temannya di Fakultas Kedokteran Res Publica ikut pula merasakan tekanan serta ketegangan di kampus yang sudah dikuasai sepenuhnya oleh golongan mahasiswa yang condong ke kiri.
Dalam gejolak masa tersebut, Monik masih harus menghadapi gejolak dirinya sendiri. Dia harus menetapkan masa depannya ke mana....
***
Membaca buku ini mengembalikan kita ke suasana pascarevolusi. Salah satu masa paling gelap dalam sejarah republik ini. —Benar-benar membuat bulu kuduk merinding dan juga memicu ketegangan di hati pembacanya. Sandra Gouw, tokokue.multiply.com
...Sejarah pergantian rezim yang berlumur darah bangsa ini dilihat dari kacamata seorang korban: keturunan Cina yang tidak diterima di golongan apa pun. Partisan berarti selamat, dan netralitas menjadi musuh diri sendiri. Golongan yang menang menjadi pahlawan, tapi pahlawan kemudian menjelma menjadi perampok. Gema Sebuah Hati bukan sekadar buku pop, tapi kilasan balik suatu masa kelabu, yang bisa aplikatif pada tahun berapa pun. Caranita, caranita.blogspot.comhttp://www.gramediapustakautama.com/uploads/dirimg_buku/re_buku_picture_85217.jpg
Pada awal tahun tujuh puluhan, saat masyarakat kita haus akan novel hiburan yang dekat dengan kehidupan sehari-hari, bertiuplah angin baru dalam dunia novel kita, Karmila. Novel yang ditulis oleh Marga T yang saat itu masih mahasiswi kedokteran dan terbit pada bulan Desember 1973 itu langsung meledak dan mengalami cetak ulang berkali-kali. Diilhamkan oleh sukses Karmila ini, banyak penulis lain yang kemudian mengikuti jejak Marga T, menulis novel-novel manis. Seiring dengan berjalannya waktu dan bertambahnya pengalaman, tulisan Marga T yang kini dokter merangkap ibu rumah tangga semakin bervariasi. Tidak hanya kisah-kisah cinta yang manis, tetapi juga novel detektif, spionase, dan bahkan cerita satire. Tetapi apa pun bentuk tulisannya, semuanya tetap memperlihatkan kebolehan Marga T. sebagai juru cerita yang lihai.