"“Buku ini wajib dibaca oleh para praktisi maupun akademisi di bidang kesehatan. Karena buku ini memaparkan bagaimana spiritualitas berhubungan dengan kesehatan. UU Kesehatan RI Nomor 36/2009 sudah menyebutkan tentang Kesehatan Spiritual.”
—dr. Zainal Abidin, M.H. Kes., Ketua Umum PB IDI Periode 2012-2015
Dewasa ini kian disadari pentingnya gaya hidup holistik yang tidak hanya memperhatikan aspek-aspek materiel, tetapi juga menekankan pentingnya kehidupan ruhani dalam mencapai kesehatan seutuhnya. Namun, pada praktiknya, perilaku kebanyakan orang—baik kalangan awam maupun profesional—belum mencerminkan integrasi kedua sisi kehidupan ini. Ini karena dalam sains modern, belum ada paradigma yang mampu menyatukannya.
Buku ini membahas sebuah wacana baru dalam bidang kedokteran, yaitu kesehatan spiritual. Penulis, seorang pakar neurosains terkemuka Indonesia, memaparkan perkembangan-perkembangan sains, di antaranya disiplin baru neurosains spiritual, yang menunjukkan hubungan erat antara spiritualitas, cara kerja otak, dan kesehatan. Dalam buku ini, Anda akan menemukan informasi-informasi berharga:
• Definisi dan urgensi kesehatan spiritual.
• Hubungan antara otak dan sikap keberagamaan.
• Pengaruh keimanan terhadap kesehatan.
• Contoh-contoh pengukuran ilmiah tentang tingkat spiritualitas.
Dengan membaca buku ini, Anda akan memahami cara kerja otak dalam kehidupan beragama, cara-cara meningkatkan kualitas spiritualitas, peran makna hidup terhadap kesehatan, dan langkah-langkah mencapai kesehatan spiritual.
“Buku ini luar biasa karena menguraikan apa yang kita sadari,
tetapi tidak kita perhatikan, yakni kesehatan spiritual.
Saya rekomendasikan agar sejawat psikiater membacanya.”
—Sasanti Yuniar, dr., Sp.KJ(K)., Ketua Departemen/SMF Ilmu Kedokteran Jiwa FK Unair/RSUD Dr. Soetomo, Surabaya
“Buku ini mencoba memahami spiritualitas dalam konteks kesehatan
yang berdimensi Pancasila. Perlu dibaca oleh seluruh anak bangsa.”
—Prof. Dr. Musa Asy‘arie, Rektor UIN Sunan Kalijaga, Yogyakarta
Krisis bangsa ini berakar pada krisis spiritualitas. Banyak birokrat tidak lagi melihat sisi spiritualitas dari birokrasi. Buku ini hadir pada waktu yang tepat.
Hemat saya, selain para dokter, para birokrat juga wajib membacanya.”
—Dr. Sinyo H. Sarundajang, Gubernur Sulawesi Utara,
Ketua Asosiasi Ilmu Politik Indonesia
Lahir di Manado, 29 Januari 1970. Ia menyelesaikan pendidikan dokter pada Fakultas Kedoteran Universitas Sam Ratulangi Manado pada tahun 1996. Taufiq sempat bertugas sebagai dokter PTT di Puskesmas Wori Kabupaten Minahasa selama tiga tahun, dan berpraktik sebagai dokter selama enam tahun.Pendidikan Pascasarjana ditempuh di dua tempat yang berbeda dan dua disiplin ilmu yang secara diametral berbeda 180 derajat. Tahun 2001, Taufiq memasuki Program Pascasarjana di IAIN Alaudin Makasar dan memperoleh gelar Magister Pendidikan Islam (M.Pd.I) pada tahun 2003. Tahun 2002, ia memasuki Program Pascasarjana di Universitas Gadjah Mada Yogyakarta dengan minat utama pada neuroanatomi (neurosains), suatu disiplin yang mempelajari sistem saraf dan sedang menjadi tren dalam ilmu-imu biologi dan psikologi tentang manusia. Di UGM, Taufiq mendapat bimbingan dari Prof. dr. H. Sudjono Aswin, Pf.D, seorang guru besar dalam neurosains dan sedang menjadi Ketua Perhimpunan Ahli Anatomi Indonesia. Taufiq juga sempat mendapat kuliah dari Prof. dr. Teuku Jacob, MD, Ph.D., seorang guru besar antropologi ragawi dengan reputasi internasional.