Jika ia masih ada, Ismail Marzuki genap berusia 100 tahun pada tahun 2014 ini. Karenanya, berbagai acara digelar untuk memperingati seabad kelahiran komponis besar itu, yang pada tahun 2004 mendapat gelar Pahlawan Nasional. Ada dua hal yang membuat nama dan karya-karya komponis besar lndonesia ini tak lekang oleh zaman. Pertama, karena ia mencipta lagu dengan semangat memahami hati dan perasaan saudara sebangsanya.
Kedua, karena lagu-lagu ciptaannya terasa selalu aktual dan relevan pada setiap zaman.
***
Buku ini mengupas tidak saja riwayat hidup sosok Ismail Marzuki—atau Ismail Mz atau Bang Maing—putra Betawi kelahiran Kwitang, 11 Mei 1914, yang dikenal necis, sederhana, disiplin, dan mendapat anugerah bakat musik luar biasa; tetapi juga latar belakang penciptaan lagu, tema dan warna-warni irama lagu-lagunya, serta komentar kritis yang sempat disampaikan oleh sejumlah pemusik berpendidikan Barat.
***
Menurut Ninok Leksono, ia selalu terharu, bangga, bersemangat, sekaligus tak kuasa menahan senyum setiap kali mendengarkan karya-karya Ismail Marzuki, seperti "Gugur Bunga (di Taman Bakti)", "Sepasang Mata Bola’’, atau "Kopral Jono”, Lagu-lagunya punya lirik dan melodi romantik sekaligus menghibur, serta berjasa menemani pejuang yang berangkat ke medan perang.