Walid tak pernah menduga bahwa kepulangannya ke kampung halamannya di Madura menyeretnya kepada sebuah konflik yang lebih pelik daripada persoalan dengan kekasihnya di Yogyakarta. Di dusun yang senantiasa dihunjam kemarau, ia terjerumus ke dalam sebuah perbuatan serong dengan Ria, mantan biduan yang merupakan istri bekas seorang bajing. Lebih jauh lagi, ia terperosok ke dalam pusaran politik desa yang melibatkan Ra Amir (putra kiai yang berambisi pada kekuasaan), Nyai Rasera (perempuan sakti berusia ratusan tahun yang menyusui kelelawar-kelelawar hutan bakau), dan Maulana Bulan Purnama (mursyid Tarekat Nabi Kesturi).
Menarasikan kon lik politik yang sarat intrik, konspirasi, dan pengkhiatan, Tanjung Kemarau dibumbui kisah eros, sihir, dunia perbanditan, kerusakan ekologi, gosip tentang bajak laut, dongeng-dongeng, serta pengalaman ilahiah yang memabukkan.