Kini impiannya memiliki toko roti menjadi kenyataan dan perkembangan Moema Bakery
benar-benar menjadi kebahagian Alma yang sempat merasa kehilangan gairah akibat
keguguran saat tahun pertama pernikahannya.
Namun, setelah memasuki tahun keempat pernikahan dengan pria yang paling baik
menurutnya itu, Alma kembali merasa hampa. Sindiran keras mertua yang menyakiti hati,
omongan kerabat yang siap merobek helai kesabaran membuatnya kembali merasakan
frustrasi.
Dia sangat mencintai Dewa, tetapi Alma merasa hanya dia yang tengah berjuang untuk
kembali memiliki sang buah hati.
Di tengah perjuangan mengembangkan Moema Bakery dan melakukan sejumlah
pemeriksaan kehamilan, Alma merasa ragu terhadap Dewa, pria yang selalu
mendampinginya itu. Dia ragu apakah kini perasaan mereka masih sama? Apakah Dewa
sudah tidak menginginkan keturunan dari Alma?