Simfoni di Tanah Dayak, sebuah novel yang
bercerita tentang perjuangan seorang aktivis
CU yang bernama Dubit. Suka duka karena
kemiskinan banyak dialami kaum muda Dayak
dulu dan bahkan sekarang. Ia mengabdikan
seluruh hidupnya untuk sebuah idealisme
memajukan kaumnya—Dayak. Dubit berasal dari Mutas, sebuah kampung
yang letaknya jauh di pedalaman Kalimantan Barat. Karena orangtuanya miskin
dan kurang harmonis, ia dibesarkan oleh sang ibu yang menjadi teladan dan
cahaya lilin kehidupannya. Keinginannya untuk bersekolah seperti tak dapat
dibendung. Dorongan kata-kata dan pesan sang ibu membuat ia tidak pernah
kehilangan semangat untuk terus melangkah. Ia akhirnya diwisuda menjadi
sarjana disaksikan oleh sang ibu yang selalu menuntunnya. Karena masa
lalu yang pahit dan tidak berharap generasi berikutnya mengalami hal yang
sama, Dubit mencurahkan seluruh jiwa raganya untuk memajukan CU. Ia
menganggap itu pilihan pengabdian yang mulia. Masyarakat Dayak, suku asli
tanah Kalimantan, yang dulu bernama Borneo, masih jauh ketinggalan dari
berbagai faktor. Siapa yang salah? Tapi yang jelas hal itu bukanlah kutukan.
Mungkin, kaum Dayak masih belum berbuat banyak.