Seperti cerita di dalam novel, kau dan aku adalah karakter yang dikendalikan sang narator. Dibuatnya kita jatuh cinta, didorongnya kita untuk saling mengumbar kata sayang. Untuk beberapa waktu lamanya semuanya terasa tak bercela, kau dan aku sama-sama yakin akan selalu bersama selamanya.
Tapi di bab-bab selanjutnya, sang narator entah kenapa jadi sangat kejam. Semua berubah dan yang tersisa di hati kita hanyalah dorongan untuk saling menyakiti. Aku tak pernah tahu entah sejak kapan aku mulai menyangkal artimu bagiku. Kau pelan-pelan menjauh. Tak menyisakan apa pun kecuali perih yang menyayat hati.
Cerita kita akhirnya bertemu ujungnya, tapi benarkah kau kini mulai melupakanku? Sudah tak sudikah kau menyimpan memori tentangku di benakmu? Atau, apakah kau memilih untuk terus merutuki garis nasib kita yang tak lagi bersimpangan?
Kusampaikan rasa penasaranku pada sang narator. Rahangnya terkatup, malah larut dalam sunyi cerita.
Ah, mungkin memang sudah nasib kita. Seperti malam tak berbintang, hatimu dan hatiku akan terus dibiarkannya bertanya-tanya dalam remang....