Shi Shin, pemuda dengan rajah sembilan naga di tubuhnya, ahli tongkat yang meski mudah emosi, namun sangat menghargai pertalian antarlelaki sejati.
Ro Chi Shin si Pendeta Bunga, mantan polisi militer dengan tubuh dan sikap bagaikan raksasa kasar, namun berhati lembut laksana bunga musim semi yang dirajah indah menakjubkan di punggungnya.
Cendekiawan Go, guru kuil di desa yang tersohor ketajaman akal dan kepiawaiannya dalam membuat strategi .
Jalan hidup mereka beserta para pengemban tugas bintang lain, yang semua berjumlah 108, bersinggungan di masa penuh kegelapan Dinasti Sou. Meski harus menempuh jalur di luar hukum yang berlaku, para bandit budiman titisan 108 Bintang ini akan melakukan perubahan besar.
------------------------------------------
Suikoden atau yang biasa kita kenal dengan Kisah Batas Air dan 108 Pendekar merupakan karya besar klasik Cina. Kisah ini sudah berkali-kali diadaptasi ulang ke dalam bentuk layar lebar, layar kaca, video games, maupun manga.
Shin Suikoden adalah salah satu karya besar Eiji Yoshikawa sang maestro cerita petualangan. Karya ini merupakan penulisan ulang yang menjanjikan intrik-intrik baru kisah Suikoden. Ditulis oleh penulis kawakan dan diterjemahkan langsung dari Bahasa Jepang oleh Jonjon Johana, Shin Suikoden Buku 1 ini akan membawa kita ke dalam jalinan cerita yang seru dan memikat, dalam perjalanan hidup para pendekar untuk meresapi pesan moral di baliknya.
Nama aslinya Hidetsugu Yoshikawa, lahir pada tahun 1892 di dekat Tokyo. Ia berasal dari keluarga samurai miskin. Kesulitan keuangan dalam keluarganya menyebabkan Yoshikawa terhenti sekolah di SD. Ia lalu bekerja macam-macam untuk bisa hidup, termasuk bekerja di galangan kapal. Usia 19 tahun ia pindah keTokyo dan mulai menulis senryu atau haiku lucu. Haiku ialah puisi pendek khas Jepang yang sangat indah. Sesudah dua tahun menjadi reporter di Maonichi Shimbun, ia memantapkan diri menjadi novelis profesional. Berbagai jenis novel ditulisnya : humor, thriller, roman. Tidak jarang ia menulis sekaligus tiga novel. Semuanya ditulis menggunakan nama samaran, sebelumnya akhirnya ia memutuskan memakai nama samaran Eiji. Sejak tahun 1930, terjadi perubahan pada gaya penulisannya. Ia mengekspresikan pandangan-pandangan zamannya dengan setting masa lampau atau sejarah. Selama perang dengan Cina, ia menulis laporan-laporan perjalanan. Dan sementara itu ia menyelesaikan terjemahan/adaptasi kisah populer Cina, Kisah tentang Tiga Kerajaan. Sampai saat meninggalkannya pada tahun 1962, Eiji Yoshikawa menjadi salah satu novelis terkenal dan paling disukai di Jepang.