Buku ini ingin mengulas modernitas kita bukan dari segi material-empirisnya, seperti institusi sosial, teknik, industri atau gaya hidup, melainkan dari segi mentalitasnya, yaitu dari fundamen pemikiran yang melandasi peradaban Barat modern. Para pemikir yang diulas di dalam buku ini dapat membantu kita untuk memahami dasar-dasar mentalitas yang terdalam dari peradaban modern bukan hanya di Eropa, melainkan di dalam kebudayaan-kebudayaan lain yang melangsungkan modernisasi. Sains, teknik, ekonomi kapitalistis, negara hukum dan demokrasi modern berpangkal dari sebuah pemahaman filosofis yang lalu menjadi elemen modernitas kita, yakni: subjektivitas (rasionalitas), ide kemajuan (the idea of progress), dan kritik. Sekitar 50 filsuf yang dibahas di sini - 18 di antaranya dibahas secara rinci - mengembangkan ketiga elemen itu dalam berbagai ajaran, mulai dari humanisme renaisans, rasionalisme, empirisme, kritisme, idealisme, materialisme sampai dengan vitalisme. Gagasan-gagasan mereka kerap dicurigai sebagai 'subversif' oleh penguasa, dianggap 'bidaah' oleh ortodoksi agama, atau dipandang sinting' oleh para mediocre yang tidak pernah menyangsikan kesehatan akal sehat. Namun tanpa gagasan-gagasan mereka mungkin umat manusia tidak akan sampai pada kematangan berpikir tentang dirinya, alamnya, masyarakatnya sebagaimana terungkap dalam ilmu-ilmu modern. Sudah saatnya masyarakat kita tidak hanya menguasai sains dan teknologi, melainkan juga memahami secara kritis alam pikiran yang mendasari produk-produk peradaban modern itu agar dapat menerapkan pemikiran mereka secara bijaksana.
Dr. F. Budi Hardiman, lahir di Semarang, 31 Juli 1962. Pada tahun 1997 meraih gelar Magister Artrium dan pada 2001 gelar Doktor der Philosophie pada Hochschule fur Philosophie Munich, Jerman. Sekarang mengajar di STF. Driyarkara dan Universitas Pelita Harapan, dan aktif menulis untuk berbagai media cetak. Baru 7 buku filsafat yang ditulisnya dan 8 buku yang diterjemahkannya.