Membangun dan mengembangkan media sosial berbasis konten yang diciptakan sendiri oleh penggunanya memerlukan kesabaran, ketekunan, ketahanan, kemampuan analisa, organisasi, insting, intuisi, kalkulasi, dan prediksi. Kuncinya, tidak ada media sosial di ranah internet yang tercipta dan terbangun sekali jadi kemudan langsung sempurna, semua memerlukan waktu.
Mengelola media sosial merupakan suatu proses in the making atau on progress menuju kesempurnaan. Selain visi, diferensiasi, dan platform yang tegas, media sosial selalu bergerak dinamis. Bergerak dari me-media menuju we-media, dan sekarang bergerak lagi dari we-media ke crowdsource-media. Kehadirannya harus dianggap sebagai media alternatif dan ditangkap sebagai pelengkap media arus utama yang telah ada terlebih dahulu.
Kompasiana adalah media sosial khas Indonesia dengan platform tegas: Menulis dan tagline jelas “Sharing & Connecting”. Di dalamnya termasuk menulis berita peristiwa yang disebut sebagai citizen journalism, menulis opini, menulis catatan harian, dan bahkan menulis fiksi. Semua konten berupa karya tulis itu diproduksi dan diciptakan sendiri oleh warga pengguna Kompasiana.
Kompasiana tumbuh dan berkembang karena memiliki kekhasan. Nature dan culture yang dibangun di Kompasiana adalah, konten harus asli buatan sendiri, dilarang menyontek, tidak boleh mengklaim tulisan orang lain, apalagi melakukan plagiasi. Memang terasa mengekang kebebasan, tetapi itulah moralitas yang dibangun.
Melalui pergulatan membangun dan mengembangkan media sosial berciri khas Indonesia, Pepih Nugraha, wartawan Harian Kompas yang diberi amanah sekaligus tantangan menciptakan komunitas dengan mewadahi interaktivitas warga di Kompasiana, ingin berbagi pengalaman dengan pembaca melalui buku sederhana ini. Bukan buku how to menggunakan Kompasiana, melainkan pemahaman terhadap media sosial itu sendiri berdasarkan pengalaman terlibat langsung.