Berontak melawan rintangan-rintangan dari keluarga dan masyarakat, seorang perempuan muda bangsa Mesir memutuskan untuk studi ilmu kedokteran, dan menjadi satu-satunya perempuan dalam kelas yang seluruhnya terdiri dari kaum lelaki. Keterlibatannya dengan mahasiswa lainnya-demikian pula dengan mayat laki-laki maupun perempuan ruang autopsy-mengintensifkan pencarian identitas dirinya. Disadarinya bahwa kaum lelaki bukanlah nabi, seperti yang diajarkan ibunya, tetapi juga bahwa ilmu pengetahuan tidak dapat menjelaskan setiap hal, dan bahwa ia tidak dapat dipuaskan dengan hidup dalam suatu kehidupan yang semata-mata mengandalkan pada pemikiran saja.